Saat melakukan lawatan ke Amerika Serikat, Soeharto
mengunjungi Gedung Putih Sebagai pimpinan negara
ketiga, ia sangat terkagum-kagum dengan kemewahan
interior istana kepresidenan Paman Sam itu. Ia tambah
kagum lagi saat masuk ke ruangan Bill Clinton. Di
ruangan itu terdapat sebuah telepon berwarna emas yang
menghiasi meja kerja Clinton. Mata Soeharto lama tidak
beranjak dalam memandang telepon itu. Clintonpun tahu
maksud kawannya itu sehingga ia serta merta menawarkan
kepada Soeharto, "Silakan kalau Anda mau mencoba.
Telepon ini istimewa, bisa dipakai menelepon ke mana
saja," kata Clinton.
Belum selesai Clintonbicara, Soeharto segera
memotongnya, "Maksud Anda pesawat ini juga bisa
dipakai untuk telepon ke surga?" "Bisa, pokoknya ke
mana saja. Silakan kalau mau mencoba. Saya juga sering
telepon ke surga untuk konsultasi kepada beberapa
kepala negara di sanatermasuk Soekarno. Cuma, ya itu,
pulsanya mahal karena ini telepon istimewa. Satu menit
1000 dolar."
Soal biaya mahal bagi Soeharto tidaklah masalah karena
ia yakin kekayaannya tak akan habis hanya untuk
membayar pulsa telepon. Lalu Soeharto mencoba nomor
telepon surga yang telah diberikan dari Clinton.
"Halo, apakah saya bisa bicara dengan bu Tien?" tanya
Soeharto. Terdengar suara, "Siapa Bu Tien? Kami tidak
kenal nama itu. Apa Anda bisa menyebut nama lengkap
atau dari mana asalnya?" "Ibu Hajjah Raden Ayu Siti
Hartinah Soeharto, ibunegara dari Indonesia," kata pak
Harto.
Si penerima telepon mencoba mencari nama itu dalam
daftar penghuni surga. Dan terdengar jawaban, "Maaf,
nama tersebut tidak ada. Muka Soeharto mulai memerah.
Ia tak yakin bahwa Bu Tien tidak ada di surga. Clinton
pura-pura tak tahu perubahan raut muka Soeharto.
Clintonlantas menyodorkan nomer telepon baru, "Harto
coba Anda hubungi nomor ini, mungkin Bu Tien ada di
sana," kata Clinton.
Serta-merta Soeharto pun segera menelpon nomor yang
dimaksud Dan ternyata, bu Tien ada di situ cuma harus
menunggu lama karena ia berada di tempat yang paling
ujung. "Bapak, katanya mau segera menyusul, kok belum
juga muncul sih. Aku sangat gerah di sini, panas,"
kata Bu Tien. "Kalau aku nyusul sekarang, aku takut
siapa yang akan menjaga harta kita. Anak dan cucu kita
pasti dimusuhi rakyat. Lho kok kamu kepanasan,
memangnya kamu ada di mana?" tanya Soeharto. Soeharto
pun baru tahu bahwa Bu Tien ada di neraka.
Karena malu, Soeharto pun berusaha tidak
menceritakannya kepada orang lain, termasuk kepada
rombongan yang ikut hadir di gedung putih. Walaupun
demikian Soeharto tetap bergembira bisa
berbincang-bincang dengan istrinya.Setelah selesai
perbincangan dengan Bu Tien ia membayar biaya
percakapan yang jumlahnya sekitar 15.000 dolar.
Selesai membayar, Soeharto tidak segera beranjak dari
meja Clinton. Ia masih memandangi dan memegang-megang
gagang telepon. Clintonpun tahu maksudnya. "Anda bisa
membeli telepon itu kalau mau. Harganya 100.000
dolar," katanya.
Mendengar kalimat tersebut Soeharto kontan berdiri dan
mendekati Moerdiono. "Moer, sediakan uang sebanyak itu
sekarang juga.Bayar dan bawa pulang telepon ini .
Kabarkan pula kepada anak dan cucu saya, supaya
berkumpul di rumah ketika aku pulang," perintah
Soeharto. Dan betul juga, seusai kunjungan kerja di
Cendana sudah berkumpul anak-anak dan cucu Soeharto.
Juga tampak hadir kerabat Bu Tien dan Soeharto dari
Solo. Belum sempat istirahat, Soeharto langsung
memerintahkan kepada Moerdiono untuk segera memasang
telepon emas itu. Setelah terpasang, satu per satu
anak dan cucu Soeharto menelepon Bu Tien hingga
menghabiskan waktu sekitar 2 jam.
Tapi apa yang terjadi, Soeharto kaget, karena ternyata
biaya teleponnya tidak semahal sewaktu pemakaian
digedung putih. Dalam waktu 2 jam, biaya pulsanya
hanya 5000 dolar. Soeharto segera mengangkat telepon
dan menghubungi Clinton. Ia marah-marah. "Hai Clinton.
Kamu menipu saya. Waktu saya telepon pakai telepon
emas ini dari Gedung Putih, 15 menit biayanya 15.000
dolar. Sedangkan kami dari Cendana dengan pemakaian
dua jam biayanya hanya 5.000 dolar. Kamu ingin memeras
saya ya?"
Mendengar hal tersebut Clintondengan dingin dan
santai menjawab, "Jangan marah dulu. Harap diketahui,
saluran telepon dari Gedung Putih ke neraka itu
pulsanya pulsa internasional sehingga biayanya mahal.
Kalau dari Cendana ke neraka itu kantermasuk pulsa
lokal."
mengunjungi Gedung Putih Sebagai pimpinan negara
ketiga, ia sangat terkagum-kagum dengan kemewahan
interior istana kepresidenan Paman Sam itu. Ia tambah
kagum lagi saat masuk ke ruangan Bill Clinton. Di
ruangan itu terdapat sebuah telepon berwarna emas yang
menghiasi meja kerja Clinton. Mata Soeharto lama tidak
beranjak dalam memandang telepon itu. Clintonpun tahu
maksud kawannya itu sehingga ia serta merta menawarkan
kepada Soeharto, "Silakan kalau Anda mau mencoba.
Telepon ini istimewa, bisa dipakai menelepon ke mana
saja," kata Clinton.
Belum selesai Clintonbicara, Soeharto segera
memotongnya, "Maksud Anda pesawat ini juga bisa
dipakai untuk telepon ke surga?" "Bisa, pokoknya ke
mana saja. Silakan kalau mau mencoba. Saya juga sering
telepon ke surga untuk konsultasi kepada beberapa
kepala negara di sanatermasuk Soekarno. Cuma, ya itu,
pulsanya mahal karena ini telepon istimewa. Satu menit
1000 dolar."
Soal biaya mahal bagi Soeharto tidaklah masalah karena
ia yakin kekayaannya tak akan habis hanya untuk
membayar pulsa telepon. Lalu Soeharto mencoba nomor
telepon surga yang telah diberikan dari Clinton.
"Halo, apakah saya bisa bicara dengan bu Tien?" tanya
Soeharto. Terdengar suara, "Siapa Bu Tien? Kami tidak
kenal nama itu. Apa Anda bisa menyebut nama lengkap
atau dari mana asalnya?" "Ibu Hajjah Raden Ayu Siti
Hartinah Soeharto, ibunegara dari Indonesia," kata pak
Harto.
Si penerima telepon mencoba mencari nama itu dalam
daftar penghuni surga. Dan terdengar jawaban, "Maaf,
nama tersebut tidak ada. Muka Soeharto mulai memerah.
Ia tak yakin bahwa Bu Tien tidak ada di surga. Clinton
pura-pura tak tahu perubahan raut muka Soeharto.
Clintonlantas menyodorkan nomer telepon baru, "Harto
coba Anda hubungi nomor ini, mungkin Bu Tien ada di
sana," kata Clinton.
Serta-merta Soeharto pun segera menelpon nomor yang
dimaksud Dan ternyata, bu Tien ada di situ cuma harus
menunggu lama karena ia berada di tempat yang paling
ujung. "Bapak, katanya mau segera menyusul, kok belum
juga muncul sih. Aku sangat gerah di sini, panas,"
kata Bu Tien. "Kalau aku nyusul sekarang, aku takut
siapa yang akan menjaga harta kita. Anak dan cucu kita
pasti dimusuhi rakyat. Lho kok kamu kepanasan,
memangnya kamu ada di mana?" tanya Soeharto. Soeharto
pun baru tahu bahwa Bu Tien ada di neraka.
Karena malu, Soeharto pun berusaha tidak
menceritakannya kepada orang lain, termasuk kepada
rombongan yang ikut hadir di gedung putih. Walaupun
demikian Soeharto tetap bergembira bisa
berbincang-bincang dengan istrinya.Setelah selesai
perbincangan dengan Bu Tien ia membayar biaya
percakapan yang jumlahnya sekitar 15.000 dolar.
Selesai membayar, Soeharto tidak segera beranjak dari
meja Clinton. Ia masih memandangi dan memegang-megang
gagang telepon. Clintonpun tahu maksudnya. "Anda bisa
membeli telepon itu kalau mau. Harganya 100.000
dolar," katanya.
Mendengar kalimat tersebut Soeharto kontan berdiri dan
mendekati Moerdiono. "Moer, sediakan uang sebanyak itu
sekarang juga.Bayar dan bawa pulang telepon ini .
Kabarkan pula kepada anak dan cucu saya, supaya
berkumpul di rumah ketika aku pulang," perintah
Soeharto. Dan betul juga, seusai kunjungan kerja di
Cendana sudah berkumpul anak-anak dan cucu Soeharto.
Juga tampak hadir kerabat Bu Tien dan Soeharto dari
Solo. Belum sempat istirahat, Soeharto langsung
memerintahkan kepada Moerdiono untuk segera memasang
telepon emas itu. Setelah terpasang, satu per satu
anak dan cucu Soeharto menelepon Bu Tien hingga
menghabiskan waktu sekitar 2 jam.
Tapi apa yang terjadi, Soeharto kaget, karena ternyata
biaya teleponnya tidak semahal sewaktu pemakaian
digedung putih. Dalam waktu 2 jam, biaya pulsanya
hanya 5000 dolar. Soeharto segera mengangkat telepon
dan menghubungi Clinton. Ia marah-marah. "Hai Clinton.
Kamu menipu saya. Waktu saya telepon pakai telepon
emas ini dari Gedung Putih, 15 menit biayanya 15.000
dolar. Sedangkan kami dari Cendana dengan pemakaian
dua jam biayanya hanya 5.000 dolar. Kamu ingin memeras
saya ya?"
Mendengar hal tersebut Clintondengan dingin dan
santai menjawab, "Jangan marah dulu. Harap diketahui,
saluran telepon dari Gedung Putih ke neraka itu
pulsanya pulsa internasional sehingga biayanya mahal.
Kalau dari Cendana ke neraka itu kantermasuk pulsa
lokal."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar